Sekilas lahirnya trend pelatihan ini, bermula setelah perang dunia tahun 1941, ketika seorang berkebangsaan Jerman bernama Kurt Hahn bersama dua orang dari Inggris bernama Jim Hogan dan Lawrence Hott, mengadopsi aktivitas permainan tali tinggi dalam program yang bernama Outward Bound, program ini awalnya diberikan pada beberapa sekolah di Inggris, program ini mendisain pendidikan yang mengarah pada perkembangan individu dan kelompok, dengan penekanan pada program Individual challenge dan group problem solving initiatives, dengan harapan dapat mengembangkan kemampuan bidang organisasi (group development) serta upaya dalam mengembangkan kemampuan diri (personal development). Kedua hal tersebut disajikan dalam upaya mengembangkan kemampuan diri dalam menghadapi kehidupan sosial. Pada tahun 1971 di Masachusetts berdiri Project Adventure dengan menggunakan metoda experience education program (program belajar dari pengalaman) yang diberikan pada anak-anak sekolah setingkat SMU, Project Adventure membuat program dengan nama “ropes and initiatives program”, pada program ini para instruktur menekankan pada diskusi kelompok setelah melakukan aktivitas sebagai proses penggalian nilai-nilai yang didapat dari belajar dari pengalaman, sebagai proses belajar dan terapi, pada tahun 1974 program ini menjadi program kurikulum di seluruh sekolah di Amerika. ”Ropes and initiatives course” menjadi terkenal tidak hanya dikembangkan atau diterapkan untuk anak-anak sekolah, namun dipakai pula oleh pelaku bisnis, perusahaan, departemen dan organisasi kesehatan mental dengan harapan para pelakunya mendapatkan manfaat dalam membangun kerjasama tim dan pengembangan kemampuan personal.
Outbound adalah sebuah ”trend” pelatihan yang masuk ke Indonesai pada tahun 1990 an dengan nama ”Outward Bound” Indonesia, istilah Outward Bound telah menjadi hak paten sebuah organisasi internasional termasuk yang ada di Indonesia. Hak paten tersebut menjadikan para penyelenggara di Indonesia merubah istilah menjadi ”outbound training” yang pada inti kegiatannya tidak jauh berbeda. ”Trend” pelatihan tersebut berkembang pesat sampai sekarang tahun 2006, menurut catatan di Indonesia hampir mencapai 190 penyelenggara yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, hampir semua penyelenggara menggunakan alam terbuka sebagai media pendidikannya. Kalau dilihat tingkat pertumbuhan dan perkembangan dari sisi penyelenggara ”outbound” dapat dikatakan cukup cepat, namun jika bicara ” trend” hati-hati suatu saat ”trend” dapat berubah-rubah. Di Indonesia awal muncul aktivitas ini banyak yang merasa pesimis dengan perkembangnnya, namun penyelenggara yang membuat ”trend” tersebut mampu mengajak masyarakat Indonesia untuk mencicipi produk tersebut dengan berawal dari ikut-ikutan, ingin tahu, ingin mencoba, dan akhirnya ada beberapa yang merasa ketagihan dan membutuhkan, dalam artian berawal dari ingin mengetahui, mencoba, memahami dan akhirnya butuh akan produk tersebut dengan motif dan tujuan yang berberbeda-beda. Di Indonesia sebagian besar pengikut aktivitas ini masih sebatas perusahaan atau instansi yang dikirim oleh pihak manajemen perusahan, namun perkembangan diluar sana (Amerika, Eropa, Australia dan negara maju lainnya) pengikutnya sudah bukan hanya kelompok karyawan perusahaan atau instansi, namun secara perorangan (pribadi) mendaftarkan diri untuk dapat terlibat dalam aktivitas tersebut dengan motif dan tujuan diantaranya mengembangkan kemampuan dan potensi diri disamping mencari suasana dan lingkungan baru untuk dapat menyalurkan kebutuhan manusia dalam berinteraksi dengan alam dan berinteraksi dengan sesama manusia dalam suasana di luar ruangan (outdoor).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar