Di Indonesia, pendidikan dengan menggunakan media alam terbuka bagi masyarakat sipil (non militer) mulai muncul tahun 1964, ketika ada sekelompok anak muda melakukan sebuah pendidikan dengan menggunakan alam terbuka sebagai media dan sarananya, dengan konsep ”belajar seumur hidup” bagi anggotanya yang sebagian besar anak muda (generasi muda), dengan berpedoman pada bagaimana mempertahankan hidup (survival), bagaimana mencapai tujuan yang menantang (Rock Climbing, Mountanering, Rafting dll.), bagaimana menolong orang lain (Search and Rescue) dan bagaimana menciptakan kebersamaan (Esprit de Corps), secara disadari dan tidak disadari semua itu dalam upaya meningkatkan kualitas mental dan fisik pelakunya dalam menghadapi dan mempersiapkan tantangan hidup. Pendidikan semacam ini dapat diartikan belajar di alam terbuka, belajar hidup di alam terbuka dan belajar dari alam (outdoor education) dan belajar dari sebuah petualangan dan belajar menghadapi tantangan dan belajar menghadapi petualangan (adventure education atau challenge education), keduanya pendekatan pendidikan tersebut secara langsung dapat dikatakan sebagai kegiatan di alam terbuka ”outdoor activity” yang memberi arti, nilai dan makna bagi pelakunya.
Sebagai penggiat di alam terbuka diluar sana, David Hopkins and Putman serta para pengikutnya melihat aktivitas di alam terbuka sebagai media pendidikan. Istilah ”outdoor activity for education” mungkin dapat dikatakan cukup tepat untuk saat ini, karena dalam melakukan aktivitas tersebut ada tiga formula yang saling berkaitan, diantaranya, Unsur Petualangan / Tantangan (adventure / challenge), Unsur Alam Terbuka (outdoor), dan Unsur Pendidikan (education) ketiga unsur tersebut jika disadari oleh pelakunya mampu memberi nilai atau makna bagi diri (pelaku). Ketiga unsur dan makna yang didapat dari ”outdoor activity ” dapat digambarkan sebagai berikut.
Outdoor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar